Haniyah serta Versi di Rumah Teteruga ialah roman juara ketiga di pertandingan Kejuaraan Roman DKJ 2019 yang ditulis oleh Erni Aladjai. Roman ini setelah itu diterbitkan awal kali oleh Daftar pustaka Terkenal Gramedia pada Januari 2021.
Roman berlatar tahun 1990 ini langsung dibuka dengan insiden kematian mengenaskan sejodoh suami istri di tahun 1950. Anak mereka, Naf Tikore( 19 tahun), kemudian diasingkan masyarakat dusun. Mereka mendakwa anak muda itu selaku pemicu kematian orang tuanya.
Narasi kemudian bergulir ke tahun 1990. Dimulai dengan cerita sejodoh ibu- anak, Haniyah serta Versi, yang bermukim di Dusun Kon, di suatu rumah besar yang dinamai Rumah Teteruga( Rumah Penyu). Rumah ini dulu ialah hotel kepunyaan nenek eyang Versi, saat sebelum diwariskan pada Mariba, nenek Versi. Kemudian berikutnya diwariskan pada ibunya, Haniyah.
Haniyah ialah orang tani cengkih serta buah hatinya, Versi, merupakan seseorang anak wanita berumur 11 tahun yang mempunyai cacat pada matanya. Mata sisi kiri Versi jereng serta bercorak merah.
Sebab situasi matanya itu, di sekolah Versi sering hadapi perundungan yang dicoba oleh sahabat serta, apalagi, orang tua kelasnya sendiri, Bunda Guru Hijima. Mereka memanggil Versi dengan gelar‘ Aljul’ nama lain Versi Jereng. Perihal yang membuat Versi terhimpit tiap kali wajib berpelajaran.
Versi apalagi menggoreskan kapur catat di kediaman ranjangnya, yang men catat jumlah olok- olok‘ Versi Jereng’ yang dilemparkan kepadanya tiap hari.
Haniyah serta Versi di
Haniyah, bunda Versi, menyakini kalau cacat mata yang dirasakan Versi merupakan dampak kesalahannya. Sewaktu memiliki Versi, Haniyah sempat memukul biawak serta akhir bambu pemukul itu hal mata fauna itu.
Haniyah menyakini, cacat pada mata Versi berkaitan dengan dongeng yang bertumbuh di desanya, ialah bila seseorang wanita berbadan dua melukai fauna, hingga buah hatinya hendak lahir cacat.
Walaupun telah kesekian kali memohon maaf pada Versi, Haniyah senantiasa merasa bersalah. Ia setelah itu berkomitmen pada dirinya sendiri, buat tidak sempat lagi melukai fauna, apalagi barang mati sekalipun.
Haniyah mencegah Versi memarahi kucing, ayam, anjing, babi, tikus, kecoak, korek api yang berat menyala ataupun kusen api yang berair. Perempuan itu pula berpuasa menumpahkan air panas ke tanah. Terdapat makhluk- makhluk bukan orang yang dapat tersakiti kala air panas ditumpahkan ke tanah, sedemikian itu tuturnya.( Perihal. 6)
Di bagian lain, cacat pada matanya nyatanya membuat Versi, semenjak bocah, dapat memandang makhluk- makhluk tidak kasat mata. Versi apalagi bersahabat dengan roh berkeliaran bernama Ido.
Ido sering kali tiba serta menceritakan narasi buat Versi. Narasi mengenai seseorang anak pria di era kolonialisme Belanda. Suatu cerita penuh rahasia yang berkaitan dengan nenek eyang Versi serta Rumah Teteruga.
Tidak hanya bentrokan perundungan pada Versi, roman setebal 146 laman ini mempunyai beberapa bentrokan yang disebar menyeluruh di semua tamannya. Seluruh bentrokan itu jalin- menjalin serta jadi satu narasi yang linear.
Pengarang pula memasukkan banyak faktor di dalamnya, semacam dongeng yang diyakini Haniyah serta pengucilan Naf Tikore yang berkaitan dengan dongeng dirinya yang pemuja penganut mokorimbu—gurita raksasa penunggu lautan. Kemudian faktor rahasia, semacam yang terjalin pada Ido, si roh penasaran, serta faktor kritik sosial.
Kritik sosial yang awal, mengenai perundungan di sekolah. Dalam narasi ini
para pelakunya merupakan si guru sendiri yang sepatutnya mengayomi para anak didik. Diceritakan mengenai Pak Salamunde serta Bunda Ratipa, sejodoh suami istri yang bekerja guru tetapi berperan kejam pada murid- muridnya, salah satunya Hijima kecil.
Aksi kedua orang gurunya itu, yang rasanya di setelah itu hari jadi faktor untuk Bunda Guru Hijima—saat beliau jadi daya pengajar—untuk melaksanakan perundungan yang serupa pada muridnya sendiri, ialah Versi.
Kritik sosial selanjutnya kala narasi bergulir ke para orang tani cengkih, tercantum Haniyah. Mereka dihadapkan pada peraturan terkini penguasa, yang memonopoli harga cengkih lewat BPPC( Tubuh Pembangkang serta Penjualan Cengkih).
Aku dapat memikirkan kemarahan para orang tani, dikala harga cengkih yang awal 85 ribu per kg jadi 1500 rupiah per kg. Suatu ironi, kala para orang tani cengkih meluapkan rasa frustrasi dengan membakar ladang mereka sendiri.
Haniyah menarik nafas dalam- dalam kemudian mengembuskannya, ia berbicara,“ Kejadian tidak cuma mengenai para orang tani cengkih. Kita cuma memerlukan bertahan selaku orang tani, sebab dengan ini, kita tidak tergantung pada siapa- siapa. Tidak memiliki duit juga, kita senantiasa dapat makan, senantiasa dapat hidup.”( Perihal. 143)
Membaca roman ini yang sarat dengan bermacam faktor serta bentrokan, diiringi kerapian berbicara dengan ceruk menceritakan yang apik, telah sebaiknya roman ini jadi juara ketiga di pertandingan roman DKJ 2019.
Aku amat mengusulkan roman ini buat kamu, para pembaca. Banyak nilai- nilai akhlak serta catatan yang di informasikan pengarang dalam roman ini. Aku melindungi kamu tidak hendak merasa kecewa sehabis membacanya.
Viral situs terbaru berita indonesia => https://russiaphonelookup.click/